Menikmati Segarnya Udara Pagi di Taman Wisata Alam Mangrove - PIK
By Ursula Meta Rosarini - 8:00 am
18 Februari 2021
Hy guys, how are you?
Welcome back to my blog!
Welcome back to my blog!
Masih dalam rangka weekend staycation bulan Januari kemarin di Reddoorz Taman Wisata Mengrove dan sudah aku jelaskan juga bahwa selama pandemi Covid-19 ini, anak dibawah 6 tahun dan lansia dilarang untuk masuk ke area wisata mangrove selama jam operasional yaitu pukul 08.00 - 16.00 WIB.
Jadi, aku dan pak suami sepakat untuk mengelilingi area wisata hutan bakau tersebut pada pagi hari sebelum jam operasional tempat wisatanya. Bangun tidur kami segera siap-siap gosok gigi, cuci muka juga isi perut dengan snack yang kami beli semalam. Tepat pukul 07.00 WIB kami meninggalkan villa dan mulai untuk eksplor area wisata, masih pakai baju tidur dan sendal jepit haha.
Ini adalah kali kedua kami ke tempat ini, dulu saat masih pacaran kamipun pernah berkunjung ke tempat wisata ini, sekitar tahun 2016. Puji Tuhan kali ini berkunjung lagi bisa staycation dan udah nggak berdua lagi karena udah ada si kecil.
Karena villa kami berada di dalam area wisata, jadi kami nggak perlu membayar tiket masuk lagi. Kami mulai menapaki jembatan di area hutan bakau yang dilengkapi dengan camping ground / rumah tenda yang berderet rapi di sepanjang jembatan. Karena sepanjang hari kemarin hujan sampai dini hari, jadi jalanan masih basah, jembatan pun basah, agak licin, jadi harus berhati-hati apalagi karena kami bawa bayi.
Udara pagi di hutan ini benar-benar sejuk, bersih ditambah pemandangan yang cukup indah, hamparan perairan, jembatan dan tumbuhan bakau yang cukup memanjakan mata kami.
Meskipun wilayah konservari mangrove, bukan berarti pengunjung hanya bisa melihat air dan pohon bakau, tapi di zaman yang serba media sosial ini, area mangrove pun didesain agar setiap sudutnya terlihat cantik untuk dibidik kamera.
Sayangnya, masih saja ada pengunjung yang suka membuang sampah ke perairan, sedih ya liatnya, airnya jadi sekotor itu, merusak pemandangan dan pastinya merusak ekosistem yang ada di dalamnya.
Nah, ada satu jalan yang sebenarnya cukup rusak tapi kami nekat untuk melewatinya dan alhasil kami keluar di jalan yang salah, di jalanan rusak gitu, dan di jalan tersebut kami melihat biawak yang sedang menyebrang di jalan (karena kanan-kiri jalan tersebut adalah rawa/ hutan bakau). Serem sih liatnya, apalagi kami cuma bertiga, sepi. Setelah biawak tersebut masuk ke air, kami lanjut menyusuri jalan tersebut sampai menemukan jembatan untuk masuk ke area hutan bakau lagi.
Akhirnya kami menemukan jalan masuk / jembatan ke hutan bakau lagi, yang dimana area tersebut juga dipenuhi dengan camping ground. Saat melewati jembatan tersebut, kami melihat biawak lagi, tapi tenang, kali ini biawaknya di air jadi nggak menyeramkan seperti pertemuan sebelumnya hahaha.
Di area wisatanya sebenarnya ada dermaga untuk penyewaan kapal, seperti perahu kano, perahu dayun, sepeda air kodok dan sebagainya, tapi kami nggak mengunjungi tempat tersebut karena sudah pasti di sana nggak ada orang, kan belum mulai jam operasionalnya.
60 menit waktu yang sangat cukup bagi kami untuk eksplor area wisatanya. Kalau kalian nggak bawa bayi ataupun lansia, bisa puas banget pasti eksplor area wisata ini, bisa bolak balik sesuka hati.
Sayangnya saat itu, ada satu jembatan yang ditutup karena sedang ada perbaikan jembatan, jadi kami nggak maksimal eksplor tempat ini. Tepat pukul 08.00 WIB, kami meninggalkan area wisata hutan bakau.
Selama 60 menit di area wisatanya, kami nggak bertemu dengan satu orang pun, benar-benar sepi, layaknya private place gitu hahaha, ketemunya sama 2 ekor biawak aja hihihi. Selama perjalanan kembali ke villa, kami melihat beberapa petugas kebersihan sedang menyapu dan bebersih, belum ada pengunjung yang datang juga.
Baca juga : Staycation di Reddoorz Plus Kwitang 2
Area wisata ini juga menerapkan protokol kesehatan yang cukup baik, seperti banyaknya himbauan untuk selalu memakai masker, jaga jarak dan juga tersedianya tempat cuci tangan di beberapa sudut.
Pak suami mengantar aku dan si bayi kembali ke villa, sesampainya kami di villa pak suami kembali ke area wisata untuk membeli sarapan di kantin, beberapa kantin sudah siap melayani pengunjung. Disaat yang sama juga pengunjung sudah mulai berdatangan di area wisata, untung saja kami sudah duduk manis di villa, kalau masih berkeliaran di area wisata pasti kena tegur hihi.
Kamipun menghabiskan waktu di dalam villa dan jalan-jalan masih di area villa untuk melihat villa yang lainnya sampai waktu check out tiba.
Meskipun singkat tapi kami sangat menikmati staycation kali ini, nggak hanya pindah tempat tidur, tapi juga bisa merasakan serunya bermalam di atas rawa, di tengah hutan bakau juga bisa menikmati segarnya udara pagi bebas polusi di area wisatanya.
Jangan lupa untuk selalu patuhi protokol kesehatan ya. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa kembali hidup normal senormal normalnya seperti sebelum serangan pandemi. Amin.
Tambahan:
Sebenarnya ke kalau masuk ke area wisata dan membawa kamera (mirroless, DSLR dsb) dikenankan biaya kurang lebih 300K per unit. Jadi hanya diperbolehkan foto dengan kamera hp jika nggak mau dikenakan biaya tambahan. Kami sengaja nggak bawa kamera karena kami sudah tau aturan ini sebelumnya.
Thank you for reading, see you on my next post.