30 September 2020
Hy guys how are you?
Welcome to my blog!
Dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 26 September (hayo ngaku, siapa yang baru tau kalau 26 September itu Hari Kontrasepsi Sedunia??) jadi kali ini aku mau berbagi pengalamanku pasang alat kontrasepsi yaitu Implan.
Bagi sebagian orang yang sudah berumah tangga, terutama yang baru saja melahirkan, menggunakan alat kontrasepsi adalah hal yang sangat penting untuk mengatur jarak kehamilan.
Kenapa harus pakai alat kontrasepsi? Ada berapa jenis alat kontrasepsi? Kenapa memilih Implan? Sakit atau nggak? Berapa biayanya? Baca sampai selesai ya.
Program Keluarga Berencana (KB)
Sesuai dengan anjuran pemerintah / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui progam mereka yaitu Keluarga Berencana (KB) kita selalu diingatkan dengan slogan "dua anak lebih baik".
Dikutip dari laman Kompas.com Tujuan utama KB adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan KB diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan. Sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produktif. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.
Kenapa Harus Pakai Alat Kontrasepsi?
Aku dan suami sudah sepakat untuk mengatur jadwal kelahiran anak berikutnya (dan tentunya 2 anak cukup). Salah satu cara untuk merealisasikan program KB adalah dengan pemakaikan alat kontrasepsi. Karena aku memiliki siklus menstruasi yang nggak teratur/normal, aku nggak berani untuk KB alami, akhirnya pilihan jatuh untuk memakai alat kontrasepsi.
Kebetulan beberapa hari setelah aku melahirkan, salah satu bidan di Puskesmas Kelapa Gading menyarankan aku untuk KB saat anakku berusia 40 hari, sekalian imunisasi anak.
Mengapa Memilih KB Implan?
Sebenarnya ini adalah second plan. Payahnya aku yang nggak cari tau tentang alat kontrasepsi sebelum melahirkan. Aku baru konsultasi tentang ini beberapa hari sebelum aku memutuskan untuk memilih jenis alat kontrasepsi.
Sebelumnya aku dan suami udah sepakat untuk pasang IUD (biasa disebut spiral). Singkat cerita saat melahirkan aku mengalami robekan yag sangat parah, sehingga harus diobras, beberapa hari kemudian benangnya lepas, setiap minggu aku bolak-balik ke RS untuk kontrol jahitan sampe akhirnya dokter memutuskan untuk melepas sekalian jahitannya.
Sampai di Poli KB Puskesmas Kelapa Gading, salah seorang bidan menjelaskan tentang semua jenis alat kontrasepsi lengkap dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Aku menceritakan mengenai luka jahitan yang aku alami dan aku meminta bidan tersebut untuk melihat kondisi lukaku untuk memastikan aman memasang IUD. Setelah melihat kondisi luka bekas jahitan antara vagina sampai anus, 3 bidan di Puskes tersebut tidak menyarankan aku untuk memasang IUD saat itu juga. Karena ditakutkan terjadi hal-hal yang nggak diinginkan.
Mereka menyarakan untuk KB suntik 3 bulan atau pakai kondom saja dulu, sampai lukanya membaik, baru dipasang IUD, tapi mereka sendiri nggak bisa memperkirakan kapan luka itu bisa kering, karna saking parahnya guys. Bidan meminta aku untuk membicarakan hal ini dengan pak suami.
Duh, menyesal aku nggak cari tau tentang KB sejak awal, kalau tau sejak awal kan aku langsung pasang IUD persis setelah melahirkan, jadi nggak repot.
Nggak mau ribet dengan suntik ataupun kondom, aku dan pak suami langsung memilih impan (susuk) dengan jangka waktu 3 tahun, dan aku minta untuk dipasang implan saat itu juga. Kenapa orang awam menyebutnya susuk ya? Kan jadi negatif konotasinya, hahaha. Sebelum pemasangan, aku diminta mengisi dan menandatangani formulir persetujuan pemasangan alat kontrasepsi.
Selain beberapa hal diatas, sebenarnya ada beberapa pertimbangan lain kenapa kami lebih memilih Implan dari pada suntik 3 bulan atau pakai kondom dulu diantaranya:
1. Jangka waktunya lama
2. Meskipun Implan jenis KB hormonal, tapi hormonnya sedikit
3. Tidak perlu keluar uang untuk beli kondom
4. Tidak perlu bolak-balik untuk suntik
Pemasangan KB Implan
Aku diminta untuk berbaring di tempat tidur, pertama-tama bidan membersihkan area lengan kiri untuk menghindari infeksi kemudian menyuntikkan anestesi (bius) lokal untuk mengurangi rasa sakit, setelah itu mengukur area yang akan dipasang implan, menyayatnya sedikit kemudian memasukkan dua batang alat sepanjang kurang lebih 3.5 cm masing2 ke lengan kiri bagian bawah.
Saat memasukkan batang kedua rasanya terasa tekanannya, sedikit nyeri tapi overall nggak sakit kok, rileks aja. Aku diberi beberapa butir obat penahan rasa sakit. Setelah obat itu habis, kurang lebih hari ketiga, rasanya nyut-nyutan gitu, terus berwarna biru gelap di sekitar area pemasangan implan sampai beberapa hari. Oh iya, area ini nggak boleh kena air sama sekali selama 3 hari.
Biaya Pemasangan KB Implan
Masih ingat saat aku menulis biaya persalinan normal di RS? Sama halnya seperti saat persalinan, saat KB pun aku pakai BPJS, maklum pejuang BPJS hahhaa. Aku nggak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Namun, jika kamu pasien non BPJS, kamu dikenakan biaya ± Rp 150.000, cukup terjangkau kok.
Masih ingat saat aku menulis biaya persalinan normal di RS? Sama halnya seperti saat persalinan, saat KB pun aku pakai BPJS, maklum pejuang BPJS hahhaa. Aku nggak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Namun, jika kamu pasien non BPJS, kamu dikenakan biaya ± Rp 150.000, cukup terjangkau kok.
Reaksi Setelah Pemasangan KB Implan
Beberapa hari setelah pemasangan, keluar bercak darah selama beberapa hari ini efek dari pemasangan implan karena tubuh sedang beradaptasi dengan benda baru yang masuk ke dalamnya dan ini normal.
Sampai saat ini, kurang lebih 4 bulan setelah pemasangan, aku baru menstruasi satu kali, itupun kuantitasnya sedikit dan hanya sehari, seneng banget pokoknya. Padahal penggunaan alat kontrasepsi itu cocok-cocokan kan ya? Puji Tuhan aku nggak mengalami efek samping lainnya seperti kram perut, pusing, mual dan menstruasi berlebih.
Aku dan suami berencana melepas alat kontrasepsi ini sampai habis masanya yaitu 3 tahun mendatang. Kalau kalian pakai alat kontrasepsi nggak ibu-ibu? Kalau iya pakai apa? Yuk share di kolom komentar. Thanks for reading, see you on my next post.
Note: Banyak yang pro kontra tentang pemakaian alat kontrasepsi, karna mungkin tidak sesuai dengan ajaran agama. Kalau menurut agama yang aku anut yaitu Katolik, KB yang disarankan itu KB alami/kalender. Jadi ditulisan ini aku bukan untuk menyarankan atau memaksakan penggunakan alat kontrasepsi, penggunaan alat kontrasepsi adalah pilihan masing-masing pasangan suami istri. Aku apresiasi banget pasangan suami istri yang berhasil mengatur jarak kehamilan melalui KB alami, pasti nggak mudah untuk mengetahui kapan saat subur atau nggak.